Bagaimana pendapat anda tentang ma`rifat?
SSeperti yang kita ketahui dalam dunia kesyufian, bawasanya ma`rifat adalah urutan tertinggi dalam tahapan pendekatan diri kepada Allah SWT( taqarub Ilallah). Apabila seseorang telah menjalankan Syariat dengan benar, kemudian di amalkan ilmunya dengan baik (tarekat) dan telah diberikan hakikat oleh Allah kepadanya maka akan lahir pada dirinya sifat ma`rifat.
Sifat ma`rifat kepada Allah ini akan membuat hati merasakan untuk selalu melakukan hal-hal yang membawa perbaikan dalam dirinya serta mendidik hatinya untuk senatiasa menimbang dan meneliti mana yang ma`ruf dan mana yang munkar sehingga ia terjaga perbuatan yang tercela dan hina sedikitpun.
“Fa alhamahaa fujuurahaa wa taqwahaa, qad aflaha man zakkahaa, wa qad khaba man dassahaa”
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy Syams: 8-10)
Orang yang telah mencapai tingkatan ma`rifat, maka Allah ilhamkan kepadanya jalan yang mampu membawanya kearah yang benar dan diridhoi oleh Allah dan tak akan dijinkan kepadanya menuju jalan yang Allah laknat .
Perlu digaris bawahi bahwa seseorang tidak bisa mencapai tingaktan ma`rifat sebelum dia melalui tingakatan-tingkatan sebelumnya dan untuk mencapai tingkatan ini sangatlah sulit. Apalagi fenomena yang bisa kita simak disekeliling kita masih banyak sekali umat islam yang belum begitu paham dengan syariat bahkan Akidahnya sendiri saja tidak faham.
Ma`rifat sendiri mempunyai makna yang kotraversial. Sebagian ulama berpendapat bahwa ma`rifat disini berarti melihat Allah baik itu dhohiri maupun batini seperti ma`rifatnya seorang Nabi. Namun menurut pendapat yang mashur adalah ma`rifat yang dimaksudkan disini tidak seperti melihatnya nabi. Akan tetapi kebih dekat dari pengilhaman kepadanya seperti yang disebutkan diatas tadi.
Tujuan ma`rifat sendiri merupakan tahapan terakhir untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
Pendapat anda tentang akhidah dan iman?
Hubungan Akidah dan Iman cukuplah jelas. Akidah sendiri secara lughowi(bahasa) berarti pegangan yang kuat, dan dari segi istilahnya akidah merupakan kepercayaan yang kuat tanpa ada syak(keragu-raguan) pada dirinya. Jika Islam itu sendiri adalah sebuah rumah maka Akidah itu adalah pondasinya dan unsur dari pondasi itu sendiri ada batu, pasir dll. Nah unsur-unsur itulah yang disebut iman. Jika unsur-unsur itu bercerai berai maka akidah akan amburadul.
Untuk membangun sebuah akidah(pondasi) seseorang harus mengetahui unsur-unsur tersebut yaitu Iman kepada Allah, Rosul , Kitab Al Qur`an, Malaikat dan Hari akhir. Tidak sedikit orang yang mengaku dirinya Islam tetapi mereka tidak mengetahui akidahnya sendiri sehingga terjadi taqlid buta dan pengkafiran sesama muslim dan mengaku-ngaku dia yang paling benar dan yang paling suci.
Mengapa tasawuf sering kali diidentifikasikan sebagai pemisah yang menjauhkan seseorang dari kebutuhan duniawai ?
sering kali kita terjebak dalam memaknai tasawuf sebagai komunitas yang seakan-akan mementingkan diri dan golongan sendiri serta tidak peduli dengan apa yang terjadi dalam kehidupan nyata. Bahkan, tasawuf dicitrakan deagan komunitas yang harus meninggalkan semua yang berbau kehidupan dunia agar dapat kembali pada Tuhan secara sempurna yang akhirnya kebanyakan dari penganut tasawuf tekenal dengan minimnya ekonomi(kemiskinan).
bagaimana sikap kita saat melihat kondisi para Nabi dan Auliya Allah yang seakan-akan lari dari kehidupan dunia?. Pertanyaan seperti ini pernah dijawab oleh Hujjat al-Islam - Imam Ghazali berabad-abad yang lalu. Beliau menjawab bahwa ma`na larinya mereka dari harta dunia bukan berarti mereka benci tergadap dunia. Tetapi mereka hanya mengambil sesuai dengan kebutuhaa dan meraka hanya mengambil sesuai dengan kebutuhannya dan tidak sekali-kali menimbun dan menyibukkan diri dengan harta. Dan mereka ntidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai orang yang dibutuhkan dan membutuhkan.
Perlu digaris bawahi bahwa Allah menciptakan manusi sebagai khalifah yang mempunyai hak dan kewajiban, hak kita dari Tuhan dan dari lingkungan serta kewajiban, yaitu kewajiban kita kepada Allah dan kewajiban kita kepada manusia. Sehingga seseorang harus mempunyai kesinambungan atara haqullah dan haqul al adami. Serta mengemas dirinya dengan hablu minallah dan hamblu minas.
Akan tetapi fenomena yang sering kita jumpai adalah mereka yang bertasawuf adalah seorang yang mengaku-ngaku dirinya sufi hanya meletakkan dirinya dalam satu sisi saja yaitu Haqnya kepada Allah yang dibingaki dengan hablu minallah saja. Sehingga tasawuf sering kali diidentifikasikan hal seperti itu. Dan ini salah kaprah.
Seorang sufi haruislah selalu berusaha untuk menjadi manusia yang terbaik yaitu yang paling bermanfaat bagi sesamanya meskipun kehidupan meraka sempit (khoirunnas anfa`uhum linnas). Mereka juga tidak akan sekali kali meminta sesuatu selain kepada Allah yang Maha Kaya dan disertai dengan kasb( usaha). Karena ia akan malu meminta kepada mahluk lainnya yang sama-sama membutuhkan-Nya. Jadi tasawuf dalam hal ini tidak bertentangan dengan syari`at yang meganjurklan dan mengajak untuk selalu berusaha.
Bisa disimpulakan bahwa kesyufian yang ideal adalah ketika seseorang bisa menempatkan dirinya sebagai seorang khalifah fi Ardh yang mengerti hak dan kewajibannya, bukan syufi yang lupa atas hak dan kewajibannya sebagai seorang makluk sosiial yang membutuh kan dan dibutuhkan oleh lingkungannya. Dan bukan serta merta meninggalkan keluarga dan masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Bagaimana menurut anda tentang fenomena tarekat buta?
Perlu diulangi kembali bahwa tasawuf merupakan sebuah akhlak yang dimaksudkan mampu menjadi piranti mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu tasawuf dianjurkan mampu menjadi etika seseorang pasca pencapaian puncak kelimuaan guna menaklukan ilmunya demi mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf merupakan sebuah teori dan sekaligus metodologi untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagai implementasi kepatuhan seorang hamba yang telah dikarunia ilmu syariat yang memadai.
Imam Malik berkata:”barang siapa bertasawuf tanpa dasar ilmu fikih(syariat) maka ia akan kafir. Barang siapa pintar fikih tanpa tasawuf maka ia akan fasik (terlalu berani kepada tuhan). Dikutip juga dari imam Junaidi al Baghdadi “mengasau ilmu tasawuf setelah pintar (tahu syaria`t), maka akan bahagian, dan sebaliknya belajar tasawuf tanpa syari`at maka akan bahaya baginya”.
Islam adalah agama yang mengajurkan kesinambungan. Tidak mengedepankan tasawuf dari fikih dan sebaliknya. Apalagi banyak sekali yang tidak mau belajar fikih, mejauhkan buku-buku fikih, malahan mengunjakan tasawuf an. Ini sangat berbahaya baginya dan juga masyrakat disekitarnya.
Fenomena seperti ini sangatlah kerap kita jumpai di kehidupan sekitar kita. Dinegara kita misalnya, banyak sekali muncul golongan-golngan sufi yang mengisi kekosongan masyarakat yan gaduh akibat krisis berkepanjangan. Mereka serta merta mencari ketenangan jiwa dengan tarekat tarekat yang mereka ikuti. Namun sangat disayangkan bahwa masayarakat awam begitu serta mertanya mengikuti tarekat-tarekat itu sehingga tidak sedikit dari mereka yang salah jalan dan malah menyerempet garis garis yang dilarang oleh Syari`at.
Orang yang mendekatkan dirinya sesuai jalur yang benar tidak malahmejadikan dirinya yang paling suci dan congkak terhadap masyarakat, mengisolir diri dari masyarakat karena menganggap dirinya yang paling benar, paling dekat dengan Allah sehingga tidak mau berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk.
Menurut hemat saya setiap orang yang menempuh jalan menuju kedekatan dirinya kepada Allah harus mengerti syari`at terlebih dahulu sehingga ketika ketika rambu-rambu itu mengatakan stop, kita haru berhenti. Ketika rambu bebicara hati-hati kita juga harus hati-hati. Ketika rambu-rambu berwarna hijau kita jalan terus. jangan sampai orang awam yang tidak mengetahui jalan dan rambu-rambunya kemudian disodorkan tasawuf begitu saja sehingga orang itu akan tersesar didalamnya.
Syeikh siti jenar misalanya? Seorang awam yang kemudian diberikan pengetahuan tentang wihdatul wujud. dia akhirnya dihukum mati karena kedholalal an nya. Atau Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku sebagi nabi dan masih banyak lagi yang mengaku-ngaku seperti itu.
Bangun pondasi dengan kuat dan syariat dengan mantap sehingga kita benar-benar dekat dan dijalannya.
-::: Beranda :::-
-::: Dengar BBC Indonesia :::-
-::: Our Links :::-
-
-::: Kawan Penulis :::-
- ->Aa` Ilan
- ->Anas
- ->Anto
- ->Adi Nurseha
- ->Bang Adhon
- ->Bos Miqdam
- ->Kang lutfi
- ->Kang Mawhib
- ->Mas Irwan Masduqi
- ->Mbak Mita
- ->Mbak Retno
- ->Nenk enik
- ->Non oO`
- ->Nona Desi Hanara
- ->Om Aan Za
- ->Zacky -::: Islamic Links :::-
- ->JIL
- ->Hidayatullah
- ->Dudung
- ->Era muslim
- ->NU Online
- ->PCINU Mesir
- ->Swaramuslim
- ->PP.Tebuireng
- ->Tebuireng Center -::: Public Links :::-
- ->BBC indonesia
- ->Depdiknas
- ->Detik
- ->kompas
- ->Jawa Post
- ->Banjarmasin Post
- ->Leiden universiteit
- ->Harvard University
- ->CO.nr Domain
- ->Info Beasiswa
-::: 10 Recents Post :::-
Tasawuf?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment